PROLOG
Perkembangan dunia investasi di pasar keuangan dan derivatifnya akhir-akhir ini semakin marak, baik di pasar saham, obligasi, index saham, komoditi berjangka, serta tak ketinggalan pula di pasar valas dan lain-lain. Seiring dengan perkembangan investor dan trader di sektor ini, semakin berkembang pula cara dan sistem yang digunakan dalam upayanya untuk mendapatkan keuntungan, baik secara fundamental maupun teknikal. Di antara sekian banyak pilihan yang ada, pada kesempatan kali ini, kita mencoba menyegarkan kembali tentang Analisa Teknikal Klasik Menggunakan Teori Dow.
Bahasan ini semata-mata mencoba untuk menyegarkan kembali tentang salah satu teknik analisa klasik yang telah berkembang sejak lebih dari satu abad yang lalu, di samping itu sebagai upaya untuk menghadirkan pilihan dari sekian banyak pilihan sistem dan teknik trading yang ada.
Meskipun pada bahasan sebagian besar menggunkan teori Dow, namun demikian akan ada sedikit penambahan-penambahan. Berikut ini topik-topik bahasannya:
1.
Sekilas Tentang Dow Theory
2.
Performance Dow Theory
3.
Kritik Terhadap Dow Theory
4.
Trend (Kecenderungan) Pergerakan Harga
a. Phase-Phase Pergerakan
Trend
b. Pergerakan Harga Telah
Merefleksikan Segalanya
c. Keterkaitan Pergerakan
Harga Antar Sektor
5.
Hubungan Volume dan Trend
6.
Analisa Puncak dan Lembah Dalam Trend
a. Trend Naik Vs Trend
Turun
b. Keberlanjutan Trend
dan Reversal
c. Support dan Resisten
d. Entry Buy dan Entry
Sell
e. Target Take Profit dan
Stop Loss
SEKILAS
TENTANG TEORI DOW
Dow
Theory atau Teori Dow merupakan teori dasar dari analisa teknikal yang pertama
kali dipublikasikan oleh Charles H. Dow (1851-1902) di 255 Wall Street Journal,
Dow merupakan seorang wartawan sekaligus editor dari Wall Street Jornal serta
pendiri Dow Jones and Company. Penelitian pertama Dow dilakukan dengan membagi
saham-saham di Wall Street menjadi 2 kelompok, yaitu Industrial Index dan
Trasportation Index. Dia mengatakan bahwa perkembangan industri pabrikasi
otomatis akan diikuti pula oleh perkembangan industri transportasi, karena
pabrik membutuhkan transportasi untuk mendistribusikan barang-barang hasil
produksinya.
Berangkat dari asumsi bahwa jika keuntungan di
industri transportasi meningkat maka secara tidak langsung menunjukan juga
bahwa produksi dari industri pabrikasi dan permintaan dari konsumen meningkat
pula yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan laba masing-masing
perusahaan. Secara global hal ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat
perekonomian suatu negara.
Setelah
Dow meninggal dunia ada beberapa orang yang ikut berperan dalam mengembangkan
Dow Theory berdasarkan tulisan yang di tulis oleh Dow di Jurnal Wall Street,
mereka antara lain adalah William P. Hamilton, Robert Rhea and E. George
Schaefer.
Dasar
Teori Dow
1. Pasar memiliki tiga gerakan
2.
Tren memiliki tiga tahap
3.
Pasar saham telah menyerap (discounted) semua berita
4.
Rata-rata pasar saham harus mengkonfirmasi satu sama lain
5.
Tren harus dikonfirmasi oleh volume
6.
Tren diasumsikan berlaku sampai memberikan sinyal yang pasti
Poin-poin diatas digunakan sebagai dasar dalam
ilmu Teknikal analisis. Aturan-aturan tersebut dikemukakan oleh Dow dan
kemudian disempurnakan oleh para penerusnya.
PERFORMA
TEORI DOW
Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Teknikal Analisis bisa dipakai sebagai salah satu metode untuk membangun portfolio dengan menggunakan market timing. Penelitian sederhana yang dilakukan oleh Norman Fosbeck menunjukkan bahwa “market timing” lebih bagus dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan Buy & Hold. Masalah sederhananya adalah kita harus benar-benar menguasai tekniknya.
Di maanagementfile.com, Arman Boy Manullang menceritakan kisah sukses temannya yang berinvestasi di pasar modal dengan hanya mengandalkan analisa trend dari teori Dow sebagai berikut, "Seorang teman saya semasa kuliah dulu membeli saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pada saat harganya terkoreksi ke level Rp 400. Kemudian dia menjual saham BUMI tersebut di harga Rp 3000 pada sekitar bulan September 2009. Satu jenis saham yang dipegang tersebut mengalami kenaikan hingga 650% dalam kurun waktu tidak sampai setahun. Luar biasa bukan? Padahal hanya mengandalkan analisa sederhana dan sedikit keberanian untuk masuk ke saham BUMI saat mengalami tekanan jual yang sangat hebat. Selebihnya, dia hanya sabar menunggu hingga melihat sinyal pembalikan arah terjadi."
Berikut hasil penelitian Norman fosbeck yang dilakukan dari tahun 1964-1984
Penelitian lainnya dilakukan oleh dilakukan
oleh Jacquiline Doherty (The Truth About Timing)
dan dipublikasikan di Barrons (November 5,2001)
dan dipublikasikan di Barrons (November 5,2001)
Lalu penelitian oleh Martin Pring dengan
menggunakan metode Dow Theory
- Dengan menginvestasikan $44 pada tahun 1977
dan mengikuti semua signal buy dan sell dari Dow theory, maka pada tahun 198
menghasilkan keuntungan sebesar $18000
-Sementara jika menginvestasikan $44 dan hold
portfolionya, maka pada tahun 1981 hanya menghasilkan keuntungan $960.
KRTIK TERHADAP DOW THEORY
Teori Dow tidak bebas dari kritik, sebagai sebuah
teori ada kelemahan yang menyertai kelebihannya. Kritik terhadap Dow Theory
yang tidak boleh diabaikan adalah bahwa pada setiap pergerakan market yang
trending, rata-rata jika menggunakan teknik ini kita telah ketinggalan hampir
20% dari pergerakan market. Memang pada beberapa kasus belakangan ini sudah
dikembangkan metode optimasi agar bisa memperkecil ketertinggalan pergerakan
itu. Salah satunya dilakukan dengan memperkecil time frame.
Pada pengembangan Dow theory selanjutnya mulai muncul adanya Elliot Wave Theory yang membagi trend menjadi tiga bagian yaitu wave 1,3, dan 5. Elliot Wave mencoba mengeleminir kelemahan-kelemahan dari Dow Theory. Selain itu untuk sukses menggunakan teori ini adalah mengetahui horizon investasi kita sendiri. Jika target kita adalah untuk waktu yang agak panjang, kita bisa melihat tren major yang terjadi pada saham tersebut. Namun jika target kita adalah harian, tren yang harus kita lihat adalah short swing. Tentu dibutuhkan juga konsistensi dan kesabaran menunggu hingga tren tersebut memberikan arahan yang jelas.
Pada pengembangan Dow theory selanjutnya mulai muncul adanya Elliot Wave Theory yang membagi trend menjadi tiga bagian yaitu wave 1,3, dan 5. Elliot Wave mencoba mengeleminir kelemahan-kelemahan dari Dow Theory. Selain itu untuk sukses menggunakan teori ini adalah mengetahui horizon investasi kita sendiri. Jika target kita adalah untuk waktu yang agak panjang, kita bisa melihat tren major yang terjadi pada saham tersebut. Namun jika target kita adalah harian, tren yang harus kita lihat adalah short swing. Tentu dibutuhkan juga konsistensi dan kesabaran menunggu hingga tren tersebut memberikan arahan yang jelas.
Trend (Kecenderungan) Pergerakan Harga
a. Phase-Phase Pergerakan Trend
Tren pasar ada 3 fase, yaitu:
• Akumulasi (accumulation) adalah tahapan
dimana investor yang “cerdik” atau sudah mempunyai informasi terlebih dahulu,
mengadakan pembelian atau penjualan saham secara perlahan – lahan. Pada tahap
ini, harga saham cenderung tidak berubah (sideways trend) karena investor
tersebut adalah minoritas sehingga kurang bisa menggerakkan pasar.
• Fase ke dua adalah dimana investor yang lain
mulai menangkap dan mengetahui tindakan investor pada fase pertama tadi.
Akhirnya pasar mengikuti tindakan investor pertama untuk membeli atau melepas
saham. Pada tahapan ini, terjadi perubahan harga yang sangat drastis karena
hampir semua investor sudah melakukan tindakan yang sama. Fase ini berlanjut
hingga para pengikut tren (trend follower) dan spekulan sudah mengontrol pergerakan
harga saham.
• Fase ke tiga yaitu dimana investor yang
pertama mulai mendistribusikan kepemilikannya ke pasar. Investor mulai menjual
atau membeli saham yang dibeli di awal, sebelum pasar melakukan adjustment atau
koreksi pada harga. Trend follower yang terlambat melepas sahamnya, biasanya
akan menderita loss.
1. Major Trend: Merupakan trend jangka panjang
dari pergerakan market, biasanya ditentukan dalam kurun waktu minimal 1 tahun
2. Medium trend: Merupakan kecenderungan
pergerakan harga untuk kerangka waktu jangka menengah biasanya antara 2 minggu
sampai 3 bulan dan merupakan gerak koreksi dari major trend (tren utama)
3. Minor trend: Pergerakan harga dalam kurun
waktu pendek, biasanya dalam kurun daily dan sebagai gerak koreksi dari medium
tren
Kesimpulan
globalnya adalah Major trend terbentuk karena adanya gerakan2 dalam medium
trend dan minor trend.
Dalam konsep wave
analysis biasanya disebutkan bahwa wave yang besar terbentuk karena adanya
wave2 yang kecil.
Untuk aplikasinya bisa dengan mengunakan peak and through
analysis.
b. Pergerakan Harga Telah Merefleksikan
Segalanya (Price Discount Everything)
Menurut Dow, pasar telah mencerminkan semua
informasi yang tersedia melalui harga. Harga merupakan akumulasi dari semua
hal, ketakutan (fear), harapan (hope) dan ekspektasi dari semua trader. Begitu
pula pergerakan tingkat suku bunga, harapan pada pendapatan, proyeksi
pendapatan, pemilihan presiden, dan lain-lain semua sudah tergambar pada harga
di pasar. Yang belum tergambarkan hanyalah kejadian yang tak terduga, seperti
bencana alam, akan tetapi biasanya hal ini akan mempengaruhi tren jangka
pendek. Tren utama tidak terpengaruh. Yang paling penting menurut Dow adalah
bukan apa yang bisa menyebabkan harga bergerak saat ini tapi reaksi apa yang
mungkin terjadi terhadap pergerakan harga saat ini.
Semua informasi yang sudah tercermin dalam
pergerakan harga sesuai dengan teori difusi informasi. Difusi informasi
diilustrasikan pada gambar di bawah ini:
Ilustrasi lain dapat dicontohkan pada saat
suatu perusahaan hendak merilis laporan keuangannya, orang-orang yang tahu
informasi tentang keadaan perusahan tentu saja orang-orang dalam perusahaan itu
sendiri, ketika mengetahui kondisi perusahaan positif, mereka akan memberitahu
orang-orang dekatnya untuk membeli saham perusahaan mereka dan harga akan
bergerak naik. Kemudian datang orang-orang auditor dan orang-orang pajak, saat
mereka tahu kondsi perusahaan tersebut, mereka akan mengambil momentum untuk
membeli sahamnya lalu harga akan terus bergerak naik.
Berikunya orang-orang pers mendapatkan
informasi tersebut, sebelum jadwal perilisan berita, mereka akan mencoba memanfaatkan
informasi yang didapat untuk turut berpartisipasi membeli saham, dan harga
semakin naik jauh yang berakibat serta nilai informasi semakin tereduksi.
Ketika berita tersebut dirilis di berbagai
media, publik semakin banyak yang tahu, sehingga nilai informasi akan mendekati
nol sementara harga masih terus merangkak naik. Dititik ini pembeli pertama
mengawali melepas saham yang telah mereka beli untuk memperoleh keuntungan.
Akhirnya ketika banyak orang melakukan aksi jual karena harga sudah dianggap
tinggi dan profit sudah mereka rasakan cukup, maka harga cenderung akan
berbalik turun (reversal) dan nilai informasi sudah benar-benar menjadi nol. (Dikutip
dari artikel: The Dow Theory, Speaking The Truth About Technical Analysis, by:
Aditya)
Terkadang terjadi anomali di market. Hamilton mencatat bahwa kadang-kadang pasar akan bereaksi negatif terhadap berita baik. Menurut Hamilton, alasannya sederhana: pasar melihat ke depan, pada saat berita akan dirilis. Ini menjelaskan aksioma Wall Street lama, "buy on rumor, sell on news".
Terkadang terjadi anomali di market. Hamilton mencatat bahwa kadang-kadang pasar akan bereaksi negatif terhadap berita baik. Menurut Hamilton, alasannya sederhana: pasar melihat ke depan, pada saat berita akan dirilis. Ini menjelaskan aksioma Wall Street lama, "buy on rumor, sell on news".
c. Keterkaitan Pergerakan Harga Antar Sektor
Saat teori Dow dikembangkan pada pergantian
abad 20 itu, rel kereta api memiliki kaitan penting dalam perekonomian sebagai
alat transportasi suplai bahan dari pemasok bahan baku ke produsen (industri)
dan sekaligus pula sebagai alat transportasi untuk mendistribusikan hasil
produksi. Sebelum General Motors dapat meningkatkan produksi, baja lebih dulu
perlu diangkut. Oleh karena itu, peningkatan usaha transportasi sebagai
pertanda peningkatan kegiatan usaha industri. Dengan demikian ketika terjadi
peningkatan laba usaha yang memicu kenaikan harga saham di sektor transportasi,
akan diikuti pula oleh peningkatan yang sama pada sektor industri.
Dow dan Hamilton menekankan bahwa pada tren
utama sinyal membeli atau menjual menjadi valid, ketika baik Industrial Average
dan Transportions (Rail) Avarage saling mengkonfirmasi satu sama lain. Jika
salah satunya membuat “new high atau new low”, maka harus segera diikuti yang
lain. Yang demikian ini menjadi sinyal yang valid menurut teori Dow.
5. Hubungan Volume dan Trend
Dow mengatakan, volume merupakan salah satu
komponen penting dalam pergerakan di market, pada trend bullish, seharusnya
diikuti pula oleh peningktan volume dan demikian pula ketika terjadi koreksi,
seharusnya diikuti oleh penurunan volume.
Volume dalam pergerakan market, menunjukkan
partisipasi publik (trader) dan sekaligus juga menggambarkan peningkatan
kepercayaan market pada suatu saham ketika terjadi kenaikan harga yang diiringi
kenaikan volume pada saham tersebut. Manakala pada trend bullish terjadi
penurunan volume, mengindikasikan telah terjadi pelemahan pada trend tersebut
dan investor telah bersiap untuk take profit yang bisa membuat gerakan koreksi
atau bahkan reversal pada waktu berikutnya.
Selain itu, volume menggambarkan pula kekuatan
supply dan demand terhadap suatu saham sebagai cermin dari kekuatan minat beli
dan minat jual. Trend naik yang masih diikuti oleh volume yang meningkat atau
paling tidak diikuti oleh volume yang stabil, menunjukkan bahwa demand atau
minat beli terhadap suatu saham masih lebih banyak.
Namun demikian, Dow mengatakan volume tidak
digunakan untuk memprediksi arah trend, tapi digunakan untuk mengkonfirmasi
pergerakan harga, “Volume must confirm the trends”. Dia juga mengingatkan bahwa
tanpa didukung adanya volume pergerakan volume yang searah dengan tren
pergerakan harga, kita tidak harus mempercayai arah gerakan dari market. Bisa
disimpulkan bahwa volume bisa digunakan untuk mengukur apakah tren akan
berlanjut atau akan berubah.
Mengukur Trend Dengan Volume Pada Pasar Forex
Ada perbedaan dalam hal catatan volume pada
pasar forex spot dengan pasar saham dan index saham. Sifatnya yang
uncentralized menyebabkan transaksi mata uang di pasar spot mata uang (forex
spot) tidak tercatat. Fakta ini menjadi persoalan ketika kita akan menggunakan
data volume sebagai salah satu komponen analisa, utamanya untuk mengukur
keberlangsungan sebuah trend atau kemungkinan untuk terjadi reversal. Namun
demikian kita bisa menggunakan data transaksi mata uang pada pasar mata uang
berjangka (forex future).
Jika
pada pasar forex spot tidak tersedia data volume transaksi, tidak demikian pada
pasar forex future. Semua transaksi pertukaran mata uang USD dengan seluruh
mata uang global, di pasar forex berjangka, diselenggarakan oleh Chicago
Mercantile Exchange dan diatur serta diawasi oleh lembaga pemerintah AS CFTC
(Commodity Future Trade Commision), dan setiap transaksi yang terjadi semuanya
wajib dilaporkan, oleh karena itu volume transaksi menjadi tercatat dan
dipublikasikan secara berkala (mata uang dalam hal ini sebagai salah satu
komoditi yang diperdagangkan).
Untuk
mendapatkan data volume transaksi mata uang tersebut bisa diperoleh setiap hari
(daily update) dengan mengakses web CME di bagian market data service, lalu
pilih volume dan open interest kemudian klik Daily Volume and Open Interest: http://www.cmegroup.com/market-data/...open-interest/. Selain itu jika ingin
mendapatkan data volume secara real time, bisa dengan menggunakan platform yang
disediakan oleh CME tersebut, tetapi platform ini berbayar. Mereka juga
menyediakan free trial selama 2 minggu. Untuk mencoba platform tersebut bisa
diakses di sini:http://www.cmegroup.com/market-data/.../overview.html
Perlu diketahui, kita tidak bisa menggunakan data volume pada platform MT4, karena data pada MT4 tersebut, tidak terkecuali broker manapun, tidak mencerminkan volume transaksi yang sesungguhnya.
Menggunakan
data volume pada forex sebagai bahan analisa, yaitu dengan melihat convergence
dan divergence antara pergerakan harga dan pergerakan volume, ketika pergerakan
harga dan pergerakan volume masih convergence maka trend masih akan berlanjut,
koreksi atau reversal atau pembalikan arah, baru akan terjadi pada saat terjadi
divergency antara pergerakan harga dan pergerakan volume tersebut.
Berikut ini contoh ketika terjadi divergency antara pergerakan harga dan pergerakan volume pada GBP Globex (Pound pada pasar future) beberapa hari yang lalu.
Gambar di atas dapat dijelaskan sbb:
- Pada tanggal 22 Maret 2011, GU mencapai
harga tertinggi di sekitar 1.64xx setelah bergerak naik selama 4 hari
berturut-turut dan volume yang tercatat saat itu sebesar 90968 (paling rendah
sejak harga naik selama 4 hari tsb, dengan demikian terjadi divergence dengan
pergerakan harga yang naik sedangkan pergerakan volume menurun), sejak itu
kemudian harga GU bergerak turun hingga mencapai 1.59xx pada tanggal 28 Maret
2011. Ketika harga GU mencapai terendah di 1.59xx tersebut, tercatat volume
transaksi sebesar 103512, maka kembali terjadi divergence, harga menurun
sementara volume naik. Setelah itu dapat kita saksikan sekarang GU pada saat
saya posting ini berada di level 1.6288. (Gambar di bawah ini kondisi GU
terakhir)
Gambar chart di atas menggunakan platform CME
(CME bukan broker, tetapi sebuah lembaga di AS yg menyelenggarakan perdagangan
komoditi berjangka, semacam BBJ atau bursa berjangka Jakarta).
Analisa
Puncak dan Lembah Dalam Trend
Analisa
puncak dan lembah (Peak and Through) pada dasarnya digunakan untuk tujuan
mengetahui trend dan reversal dari pergerakan harga suatu market. Tren tersebut
baik tren naik maupun tren turun.
a.
Trend Naik Vs Trend Turun
Tren
Naik (Bullish)
Suatu
tren dikatakan naik apabila harga selalu mampu melewati puncaknya (peak) atau
Higher High dan selalu mampu membentuk puncak (peak) atau Higher High (HH) yang
baru dimana puncak (peak) atau Higher High (HH) yang baru tersebut selalu lebih
tinggi dari puncak atau Higher High sebelumnya. Kemudian dikuti oleh lembah
(through) atau Low yang lebih tinggi dari Low sebelumnya (Higher Low/HL)
Gambar Ilustri trend naik (Bullish).
Gambar Ilustri trend naik (Bullish).
Tren Turun (Bearis)
Suatu tren dikatakan turun apabila harga
selalu mampu melewati lembahnya (through) atau Lower Low (LL) dan selalu mampu
membentuk lembah (through) atau Lower Low (LL) yang baru dimana lembah
(through) atau Lower Low (LL) yang baru tersebut selalu lebih rendah dari
lembah atau Lower Low sebelumnya. Kemudian dikuti oleh puncak (peak) atau High
yang lebih rendah dari High sebelumnya (Low High/LH).
Gambar Ilustri trend turun (Bearish)
Analisa Tend dengan identifikasi puncak / HH
dan lembah atau LL ini gunakan sekurang-kurangnya pada TF daily (paling rendah)
Untuk bisa disebut sebagai koreksi atau
pembalikan arah pergerakan harga, manakala sebelum terjadinya pembalikan atau
koreksi tsb, harga sedang dalam arah pergerakan yang jelas, naik atau turun.
Ketika harga pada kondisi sebagaimana yang anda sebut di atas, up and down
candle, ini biasanya disebut side ways atau flat, dimana harga bergerak ke
samping atau bergerak dalam kisaran. Lalu pada saat harga keluar dari kisaran
tersebut, biasanya disebut dengan break out. Untuk mengkonfirmasi valid atau
tidaknya break out tersebut salah satunya dengan melihat perubahan volume yang
terjadi, jika didukung oleh volume yang meningkat maka dapat dikatakan break
out is valid.
TF yang digunakan untuk melihat trend dan
reversal minimal pada TF daily. Untuk break out, bergantung di TF berapa
kondisi side ways tersebut terjadi, jika terjadi pada TF intraday, misalnya TF
H1, maka jika terjadi break out yg dikonfirmasi oleh peningkatan volume,
tentunya bisa masuk/entry di TF H1 tsb, tetapi dengan catatan jika break out ke
arah yang berlawanan dengan trend pada TF daily, harus exit hari itu juga atau
dengan dengan target yang kecil, dan jika harga break out dari harga kisaran
sesuai dengan arah trend pada TF daily, maka anda bisa hold posisi atau target
bisa ditetapkan lebih besar.
Sekali lagi saya ingatkan, bahwa volume baru merupakan salah satu komponen dari keseluruhan alat analisa menggunakan teori Dow. Akan menjadi lebih komprehensif jika diintegrasikan dengan trend analisis dll, yang akan dibahas berikutnya.
Sekali lagi saya ingatkan, bahwa volume baru merupakan salah satu komponen dari keseluruhan alat analisa menggunakan teori Dow. Akan menjadi lebih komprehensif jika diintegrasikan dengan trend analisis dll, yang akan dibahas berikutnya.
b.
Awal dan Akhir Tren (Reversal)
Awal dan akhir (reversal) dari tren naik (bullish)
Ketika pada tren turun, harga tidak mampu lagi
melewati atau break Lower Low (LL) dan kemudian membentuk Low yang lebih tinggi
(LH), kemudian diikuti dengan kemampuan harga melewati (break) Lower High dan
kemudian membentuk High yang lebih tinggi (HH), maka yang demikian menunjukkan
telah terjadi pembalikan pergerakan harga, dan tren baru telah dimulai dari
down menjadi up trend (atau bisa juga sebagai bentuk dari awal terjadinya
koreksi).
Lalu setelah harga kemudian bergerak up tren
(bullish) kemudian pada suatu titik tertentu kemudian harga tidak lagi mampu
break Higher High untuk membentuk Higher High yang lebih tinggi, tetapi justru
terbentuk High yang lebih rendah dari High sebelumnya atau terbentu Lower High
atau High yang lebih rendah dari High sebelumnya (LH), maka up trend telah
berakhir, selanjut akan terjadi pembalikan arah pergerakan harga.
Gambar ilustrasi awal dan akhir tren
Contoh aplikasi reversal dan awal trend baru
pada real chart :
Tren dan koreksi.
Jika terjadi koreksi cukup jauh hingga mampu
membentuk Low yang lebih rendah lebih dari satu kali (pada up trend), maka bisa
dibantu dengan fibonachi retracement untuk mendeteksi, apakah harga hanya
koreksi atau berlanjut sampai terjadi perubahan trend, atau bisa pula dengan
menggunakan gelombang elliot wave.
Pertanyaan yang sering diajukan adalah:
Bisakah Teknik ini digunakan untuk Trading dan mengidentifikasi trend??
Jawabnya: Bisa !!! Dan bisa diterapkan di hampir semua market !!!
Bisakah Teknik ini digunakan untuk Trading dan mengidentifikasi trend??
Jawabnya: Bisa !!! Dan bisa diterapkan di hampir semua market !!!
Peak and
Though Analysis for Gold
Peak and
Trough Analysis for Oil
Sell Confirmation
Sell confirmation terjadi Ketika terjadi reversal trend
Dari sebelumnya terjadi pola
Higher Peak (HP) dan higher Through (HT)
Pada saat harga menembus HT atau sring disebut membentuk pola Lower Through (lembah yang lebih rendah dari lembah sebelumnya) dsitulah saatnya kita sell/short.
Teknik Peak and Through ini adalah teknik dasar yang sering dipakai oleh para Turtle Trader. kelebihannya adalah bisa menentukan titik entry baru dan stop loss sewaktu market sedang bergarak trending. Pada Teknik Trend following biasanya diikuti oleh pole Money Management Averaging Up (menambah posisi saat profit) Pernambahan posisi biasanya dilakukan pada saat harga menembus HP sebelumnya.
Buy confirmation
Buy confirmation terjadi ketika dari sebelumnya
terbentuk pola Lower Through (LT) dan pola Lower Peak (LP). kemudian terjadi
pergerakan harga yang menembus LP sebelumnya disitulah buy confirmation.
Konfirmasi volume bisa dilihat ketika harga menembus LP
sebelumnya dan volume ketika harga menembus lebih tinggi dari volume saat
terbentuk LP sebelumnya.
Moving Average Crossing & Golden Cross
Untuk MA Crossing ilustrasinya seperti dibawah ini
Sedang untuk
golden Cross
Untuk PGAS Peak
& Through
Terimmakasih , sangat bermanfaat dan menyempurnakan teknikal saya, sukses selalu
BalasHapus